Sabtu, 14 Maret 2009

Yogaswara, antara ada dan tiada

Sabtu, 03 Januari 09 - Dedi Hendradi

Bagi masyarakat Cineam, nama Yogaswara dianggap nama yang "keramat" hampir semua orang baik sebagian atau seluruhnya mengetahui bagaimana ceritera tentang Yogaswara terutama event yang khusus yaitu menyebrangi sungai pada saat 'caah ngagulidag" dengan menginjak "lubang" belut besar yang hidup disungai dan ceritera leuwi "panereban' kedua event pada ceritera ini seolah menjadi "trade mark" yogaswara bahkan mungkin tidak ada ceritera yang sama diseluruh dunia. Disamping daya tarik ceritera lainya yaitu seorang tukang kuda yang naik pangkat menjadi Kepala cutak (kepala daerah) dan sekaligus menjadi senopati pada saat Nagaratengah diserbu tentara Mataram (secara lengkap tolong dicari buku ' MANTRI JERO" karangan R. MEMED SASTRAHADIPRAWIRA )

Namun dikalangan para pemerhati sejarah di Cineam sendiri yang juga masih sekeseler (keturunan) Nagaratengah, ada dua versi yang berbeda, ada yang mengatakan Yogaswara dan kisahnya sebagaimana dimuat pada novel Mantri jero merupakan kisah nyata dan ada pula yang beranggapan hanya merupakan cerita rakyat yang berkembang dari mulut kemulut sejak jaman dulu.

Yang beranggapan bahwa Ceritera Yogaswara hanya merupakan Babad, didasarkan atas hasil pengamatan pada "Buk Nagaratengah" yang telah diterjemahkan oleh salah seorang keturunan Nagaratengah yaitu bapak Ating Tanu dalam bentuk dangding. dalam buku tersebut tidak tercantum nama Yogaswara, baik sebagai abdi dalem ataupun kedudukan lainnya, lebih jauh Yogaswara seolah tidak pernah hidup di Nagaratengah, tetapi hal ini dibantah oleh kelompok pertama yang beranggapan bahwa Yogaswara adalah kisah nyata dengan alasan sbb, :

1. Bahwa Yogaswara sebagaimana dituturkan dalam karya R. Memed SastraHhadiprawira bukan keturunan Raja Nagaratengah kedudukan tertinggi hanya kepala wilayah, dua tingkat dibawah raja, sehingga wajar kalau tidak ada dalam silsilah raja-raja Nagaratengah.

2. Tempat-tempat sebagaimana yang disebutkan dalam ceritera Yogasara sampai saat ini masih ada, misalnya leuwi panereban di sungai Cikembang dibawah jembatan yang menghubungkan Kecamatan Cineam dengan Kecamatan Manonjaya.

3. Banyak keturunan Raja Nagaratengah yang tidak pernah memakan daging lubang, sekalipun sangat enak dan gurih, sesuai dengan kacaduan (sumpah) Raja Nagaratengah yang telah diselamatkan oleh seekor lubang pada saat menyebrangkan tentaranya dari kejaran tentara Mataram. saat itu Raja nagaratengah bersumpah tujuh turunan tidak akan memakan daging lubang.

Tetapi antara kelompok satu dan lain tidak pernah beradu argumen tentang hal ini, mereka berjalan sesuai dengan persepsi masing-masing, "teu agul ku payung butut" tidak pernah mengagulkan diri sebagai turunan Raja, salah satu bukti tidak ada seorangpun yang menggunakan gelar raden atau gelar lain yang berhubungan dengan keningratan. Yang jelas bahwa nama Yogaswara telah menjadi Brand Image masyarakat Kecamatan Cineam, dengan harapan semoga hal ini menumbuhkembangkan rasa bangga dan cinta terhadap lembur kadeudeuh, dayeuh maneuh banjar karang pamidangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar